Tradisi merupakan suatau kebiasaan yang dalam bahasa sederhananya diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan sudah semenjak usang dan menjadi bab dari kelompok atau masyarakat. Di semua tempat terdapat tradisi yang berbeda beda yang biasanya dipercaya dilakukan untuk mendapat tanggapan sesuatu yang baik. Namun hal tersebut terlihat tidak masuk nalar di jaman kini jikalau tradisi tersebut dilakukan dengan kekerasan ibarat di beberapa masyarakat di dunia ini. Berikut tradisi brutal yang bermaksud mendapat kebaikan versi anehdidunia.com
Terdapat tradisi unik di Desa Nahua, Negara Bagian Guerrero, Meksiko. Setiap Mei, puluhan ibu-ibu akan baku pukul di lapangan desa hingga berdarah-darah. Sebelum dimulai, warga membentuk bulat besar, kemudian perwakilan beberapa dusun, contohnya dari Las Lomas dan La Esperanza, akan maju. Dua perempuan sampaumur berhadap-hadapan, kemudian saling menjambak, menjotos wajah lawannya, bahkan mencolok mata perempuan di hadapannya. Setiap ada darah muncrat, warga di bulat besar akan bersorak. Darah yang terciprat dari perkelahian sengit para ibu itu akan dikumpulkan di ember. Nantinya, ladang akan disirami darah itu demi memanggil hujan, berujung pada panen yang sukses.
Festival perkelahian kaum ibu itu ialah adonan antara ritual kuno di Meksiko dan Katolik. Gereja setempat tidak mendukung tradisi tersebut. Sebagian warga masih meyakini bahwa mereka perlu melanggengkan perkelahian itu, biar Dewa Hujan Tlaloc mau memberkahi hasil tani Desa Nahua "Tidak ada yang peduli menang kalah. Lebih penting bagi warga biar perkelahian ini menghasilkan banyak darah untuk mengundang hujan," kata salah satu petani bau tanah di desa Nahua. Terbukti, pada simpulan pameran kelahi para ibu ini, semua akseptor saling berangkulan. Tidak pernah ada kejadian merembet setelah acara.
Tradisi Pecahkan Batok Kelapa India
Sahabat anehdidunia.com setiap tahun ribuan warga india pergi ke sebuah kuil di India selatan untuk melaksanakan ritual pemecahan batok kelapa memakai kepala. Tradisi memecahkan batok kelapa dengan memakai kepala ini dilakukan oleh semua kalangan, bahkan anak-anakpun diperbolehkan mengikutinya. Ritual tersebut dimaksudkan sebagai persembahan kepada dewa. Dalam ritual yang sangat berbahaya ini warga yang mengikutinya berjongkok dilantai sambil menunggu pendeta kuil menghampiri kemudian memecahkan batok kelapa di kepala mereka. Sebagaian orang terlihat sangat kesakitan ketika batok kepala pecah dikepala mereka, namun ada juga yang eksklusif mengumpulkan pecahan batok kelapa sebagai persembahan kepada dewa.
Bagi mereka yang mempercayai ritual ini, tidak akan mencicipi kesakitan. Seorang perempuan menceritakan bahwa dirinya tidak mencicipi apa-apa ketika batok kelapa dibenturkan pada kepalanya, ia percaya bahwa dewi telah menyelamatkannya dan menghilangkan rasa sakitnya. Sejarah ritual berbahaya ini sendiri berawal ketika pendudukan Inggris di India, ketika itu Inggris mencoba menciptakan jalur kereta api melintasi tempat Tamil Nadu, Namun warga menolaj rencana Inggris tersebut. Karena penolakan tersebut Inggris mengajukan syarat kepada warga, jikalau warga sanggup memecahkan kerikil atau batok kelapa memakai kepala maka jalur kereta akan dirubah. Sejak ketika itu setiap tahunnya hingga kini ritual ini dilakukan dan berhasil menarik ribuan pengunjung. Ritual memecahkan batok kelapa memakai kepala ini sangat berbahaya dan beresiko, berdasarkan profesor Peethambaran ibarat dikutip dari Oddity Central "Tulang tengkorak luar akan mengalami kerusakan".
Tradisi Gotmar Mela India
Sejak 300 tahun lalu, dua desa Distrik Ahmednagar, Maharashtra, India, yaitu Pandhurna dan Sawargaon memang selalu bertikai. Keduanya berada di tepi Sungai Jaam. Entah apa awal mulanya, desa tersebut seakan tidak pernah rukun. Oleh alasannya bentrok antar keduanya, sudah ratusan orang luka-luka dan bahkan ada juga yang meninggal dunia. Akan tetapi, perang itu ketika ini sudah tidak ada. Kedua desa telah bersepakat untuk damai. Suasana mencekam telah berganti menjadi sebuah pameran untuk mengenang bencana berdarah tersebut, namanya Gotmar Mela. Festival ini berlangsung di hari kedua Bhadrapad, bulan gres yang biasanya jatuh pada tanggal 23 Agustus hingga 22 September. Saat inilah masyarakat Pandhurna dan Sawargaon berkumpul di tepi sungai dan mempersenjatai diri mereka dengan batu. Terdengar agak menakutkan memang, sebuah pameran yang diikuti semua kalangan ini ialah kegiatan saling lempar batu.
Masing-masing desa menjadi satu kelompok. Keduanya memperebutkan bendera yang sebelumnya diikatkan di atas pohon. Masing-masing kelompok harus mengatur taktik biar sanggup mendapat bendera tersebut. Ini memang tidak mudah, selain letak bendera yang ada di atas pohon, setiap orang yang akan naik akan selalu diganggu oleh anggota kelompok lain. Tentu saja, melempar kerikil ialah satu-satunya cara biar lawan tidak sanggup mengambil bendera. Bisa dikatakan bahwa ini ialah pameran paling berdarah di dunia. Pemerintah setempat juga telah melarang kegiatan ini berlangsung, tapi masyarakat Pandhurna dan Sawargao tetap saja melanjutkan tradisi mereka. Pada tahun 2001, pernah juga diusulkan senjata akan diganti menjadi bola karet, tapi hal tersebut tidak didengarkan oleh kedua desa ini. Pada tanggal 24 Agustus lalu, Festival Gormar Mela telah berlangsung. Setidaknya ada 329 orang yang terluka selama perang kerikil tersebut, 7 di antaranya masih dalam kondisi kritis. Akan tetapi, ini termasuk tahun yang baik, alasannya pada tahun 2008 kemudian tercatat 800 orang luka dan satu tewas.
Tradisi Perang Rocket Chios Yunani
Setiap tahun pada hari Paskah, dua gereja di sebuah pulau kecil berjulukan Chios, Yunani, menggelar perang kembang api. Kedua gereja itu saling menembakkan ribuan kembang api ke satu sama lain. Dua gereja ortodoks (Saint Mark dan Panagia Erithiani) di kota Vrodandos berusaha memukul lonceng gereja satu sama lain dengan menembakkan kembang api. Tentu saja, tidak semua kembang api sanggup mencapai sasaran dengan tepat. Beberapa di antara mereka sering kali meleset dan menciptakan para warga terlihat panik berlarian untuk mencari perlindungan. Warga Vrodandos membutuhkan beberapa bulan untuk mempersiapkan tradisi unik tersebut. Sekitar 150 orang terlibat dalam pembuatan lebih dari 25.000 kembang api tersebut. Tidak semua warga menyukai tradisi berbahaya ini. Kegiatan itu telah menjadikan beberapa masalah kebakaran dan juga masalah kematian.
Sejumlah warga sudah mulai menyuarakan keprihatinan mereka dan berusaha untuk mendorong dihentikannya tradisi tersebut. Kekhawatiran ini sepertinya tidak terlalu mengganggu mereka yang menyukainya. Pada hari Paskah kemarin, tradisi ini tetap dilaksanakan dan puluhan ribu roket ditembakkan ke udara. Ribuan orang tampak menikmati tradisi itu sembari melihat warna langit yang berkelap-kelip alasannya efek cahaya kembang api. Asal-usul tradisi ini membawa kita kembali ke kurun ke-19, ketika pulau Chios diduduki oleh Ottoman. Saat itu, orang pribumi di pulau ini mempunyai kapal yang dilengkapi dengan meriam untuk melawan bajak laut. Namun, rupanya para warga juga suka menembakkan meriam mereka ketika merayakan Paskah. Ketika penjajah Ottoman tiba ke pulau itu, mereka menyita meriam warga untuk mencegah pemberontakan. Sebagai gantinya, para warga beralih menembakkan kembang api. Dan tradisi ini tidak pernah berhenti semenjak ketika itu.
Tradisi Onbashira Jepang
Festival Onbashira di Nagano wilayah Jepang telah secara tradisional dirayakan tanpa terputus selama 1200 tahun terakhir . Kata Onbashira harfiah diterjemahkan sebagai ” pilar suci” , melambangkan pembaharuan Suwa Grand Shrine . Ini terdiri dari dua tahap : Yamadashi diterjemahkan sebagai ” keluar dari pegunungan ” yang diselenggarakan pada bulan April ibarat untuk Satobiki diadakan pada bulan Mei. Sebelum pameran dimulai , 16 batang pohon dipotong dari 200 tahun pohon cemara Jepang. Setiap pohon sanggup hingga 1 meter di seberang , 16 meter dan berat hingga 12 ton . Tim laki-laki mempertaruhkan hidup mereka dengan memanjat pada batang dan naik sepanjang jalan menuruni lereng berlumpur , diharapkan 3 hari untuk memindahkan batang lebih dari 10 kilometer ke kuil . Batang pohon besar yang beratnya sekitar 7 ton, diluncurkan menuruni lereng dengan sudut kemiringan 40 derajat. Saat batang pohon meluncur, para laki-laki pemberani melompat dan duduk di atasnya. Karena kecepatannya cukup tinggi, beberapa orang terlempar atau tergilas. Di antara mereka ada yang tewas atau cedera alasannya tertimpa pohon yang sangat berat.
Baca juga Nama Domain Website Termahal Di Dunia
referensi:
/search?q=nama-domain-website-termahal-di-dunia
/search?q=nama-domain-website-termahal-di-dunia
/search?q=nama-domain-website-termahal-di-dunia
/search?q=nama-domain-website-termahal-di-dunia
0 Response to "Tradisi Brutal Yang Bermaksud Menerima Kebaikan"